HISTORY OF KASHMIR CONFLICT

Di tempat peristirahatan terakhir Raja Yusuf Shah Chak - penguasa sah terakhir Kashmir, yang telah dikhianati, dipenjara dan dikirim untuk menjalani hari-hari terakhirnya yang menyedihkan di Bihar, kita akan mendapati metafora yang sesuai bagi Kashmir. Dalam cara yang unik, kisah menyedihkan ini terus melekat dan membayangi benak orang-orang Kashmir. Kedalaman semangat yang ditimbulkan, kesedihan spiritual yang ditumbuhkan dan kemarahan yang terbakar sangatlah nyata. Dalam kisah menyedihkan ini, patahnya semangat jutaan penduduk Kashmir perlahan dibangkitkan kembali. Tanpa ragu, inilah cerita tentang Kashmir – diidamkan namun dibenci, dikagumi namun didisiksa, indah namun dirusak. Bagi orang-orang Kashmir, sejarah bukanlah kemarin, sebab dia tak pernah berakhir. Sejarah itu hari ini.

Pada tahun 1985 Raja Yusuf Shah Chak menerima undangan damai dari Kaisar Moghul, Akbar. Dalam dua upaya sebelumnya, penguasa Mughal yang agung telah berusaha menaklukkan Kashmir namun mengalami kegagalan. Pasukannya mengalami kekalahan dalam pertempuran tangan kosong melawan prajurit Kashmir yang gagah. Setelah mempertimbangkan dengan matang, Kaisar Akbar menyimpulkan bahwa peperangan ini tidak layak untuk dilanjutkan sebab prajurit Kashmir telah membuktikan bahwa mereka terlalu kuat untuk pasukannya. Maka daripada harus berhadapan dengan lawan yang sangat gigih dan kuat di medan perang, Kaisar Akbar lebih memilih tipu daya. Dia mengundang Raja Yusuf Shah Chak ke Delhi untuk bermusyawarah, dan di hari kedatangannya Raja Yusuf Shah Chak ditahan, dipenjara dan dipaksa untuk menjalani hari-hari terakhirnya di Bihar – jauh dari tanah air yang dicintainya. Sejak hari itu, kisah memilukan tentang perampasan dan pengkhianatan ini telah terjalin kuat kedalam lubuk jiwa masyarakat Kashmir, diceritakan kembali di setiap rumah di Kashmir semenjak itu.

TIRAN DOGRA – PERJANJIAN AMRITSAR 1846 – AWAL MULA PERLAWANAN AMRITSAR

Tidaklah pihak Mughal maupun Afghan pernah melakukan kebrutalan dan kekejaman yang mengerikan sebagaimana yang telah diperbuat Dogra. Perjuangan tanpa syarat demi kebebasan di Kashmir telah membatu semenjak Inggris membarter Kashmir melalui Perjanjian Amritsar 1846. Seluruh Kashmir, termasuk penduduk didalamnya telah dijual kepada keluarga Dogra hanya dengan harga 150.000 US dollar. Dokumen mengerikan ini ditandatangani oleh Maharaja Gulab Singh, demi pelayanannya kepada Ratu, yang keduanya bukanlah orang Kashmir maupun penduduk wilayah yang disengketakan. Mereka yang tidak memiliki hak dan legitimasi – Inggris, telah menjual tanah, penduduk dan hewan ternak kepada pihak lain tanpa memiliki hak maupun legitimasi atasnya.

Sebagai akibat dari Perjanjian Amritsar 1846, Negara Bagian Jammu dan Kashmir dibuat, dan Maharaja palsu menyatakan kepatuhannya kepada Raj Inggris dengan mengirimkan upeti dan pembayaran tahunan sebagai balasan atas perlindungan Inggris. Kejahatan dan penindasan yang dilakukan oleh rezim Dogra tidak mengenal batas, mereka menghilangkan hak mayoritas muslim, melarang mereka menduduki posisi resmi di bidang administrasi, militer, kepolisian dan pendidikan. Di masa inilah, Dogra melakukan upaya pemecahan masyarakat Kashmir berdasarkan sekte dan etnisitas serta budaya. Faktanya pada masa hegemoni Dogra yang ganas inilah siklus kekerasan yang terus berlaku hingga sekarang berawal.

PEMBANTAIAN 1931

Penguasa Dogra secara kejam menekan penduduk Kashmir dengan cara yang sangat tidak manusiawi, hingga pemerintahan mereka akan selamanya melekat di benak penduduk Kashmir sebagai pemerintahan yang tidak bisa dinalar. Pada masa represi inilah gerakan sosial ekonomi dan hak-hak politik mengemuka. Pada masa ini pula penahanan masal terjadi dan protes menjadi hal yang umum ditemui. Kemudian sebuah sebuah peristiwa terjadi, yang merubah kesadaran politik pada penduduk Kashmir dengan cara yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Sebagaimana ditulis oleh Zia dan Bhat (2019). “Salah satu pergolakan melawan pemerintahan Dogra yang paling terkenal terjadi pada tahun 1931. Pada masa itu penduduk Kashmir bangkit melawan ketidakadilan hukum yang dimanfaatkan untuk menekan penduduk. Pengadilan atas salah satu pimpinan bernama Abdul Qadeer memunculkan demonstrasi masa. Pada 13 Juli 1931, pihak kepolisian Maharaja bertindak brutal dan membunuh dua puluh dua warga Kashmir secara dramatis. Ketika Demonstrasi terjadi, seiring semakin dekatnya waktu shalat wajib, seorang warga Kashmir bangkit untuk berazan (panggilan untuk shalat), dan ketika dia berdiri, Gubernur Dogra Rizada Triloki Chand memerintahkan kepolisian untuk menembaknya. Ketika warga yang melakukan azan tadi terluka dan terjatuh, warga Kashmir lainnya berdiri untuk menyelesaikan azan sebelumnya dan juga ditembak. Hal ini berlanjut hingga dua puluh dua warga dieksekusi di depan publik karena berusaha menyelesaikan azan sebagai bagian dari protes mereka.

MUSLIM CONFERENCE (KONFERENSI MUSLIM) 1931

Sebagai konsekuensi atas penindasan yang terjadi, masyarakat Kashmir memunculkan Muslim Conference yang utamanya diprakarsai oleh dua tokoh, GHULAM ABBAS dan SHEIKH ABDULLAH. Organisasi ini menyerukan dihentikannya pemerintahan Dogra dan mendukung pergerakan Liga Muslim (Muslim League) yang dipimpin oleh Muhammad Ali Jinnah. Akan tetapi kepribadian, visi dan pandangan intelektual kedua tokoh tersebut berseberangan, terutama mengenai masa depan negara bagian Jammu dan Kashmir.

PEMBAGIAN RAJ INGGRIS 1947

Pada Agustus 1947, Inggris menarik penguasaan mereka atas wilayah di Asia Selatan sehingga memunculkan dua negara berdaulat : India dan Pakistan. Pada malam ke-27 Ramadhan, yang umum dikenal sebagai malam Lailatul Qodar atau malam penuh keberkahan, negara-negara bagian di Pakistan bersatu membentuk sebuah negara kesatuan. Ini merupakan kejadian yang sangat unik dimana untuk pertama kalinya sebuah negara didirikan atas nama dan semangat keyakinan agama dan bukanlah identitas etnis. Hal ini dimaksudkan untuk menjadi sebuah model Negara Islam Sejahtera dimana muslim merdeka untuk membentuk lembaga, struktur sosial dan peradabannya sendiri.

PEMBANTAIAN

Pada bulan September tahun 1947, diperkirakan antara 200.000 hingga 300.000 Muslim Kashmir terbunuh dalam peristiwa yang disebut sebagai Pembantaian Jammu. Sebuah pogrom (pembunuhan besar-besaran atas suatu bangsa) yang disponsori oleh negara, yang dimaksudkan untuk merubah demografis dan untuk menyingkirkan status muslim sebagai mayoritas penduduk lokal di Jammu. Lebih dari setengah juta penduduk Kashmir bermigrasi ke Pakistan – terutama dari kota Sialkot, Wazirabad, Rawalpindi, Lahore dan Gujranwala.

At all stages of trade, if one player remains in the distribution, and the rest played the fold, https://royal-oak-casino.co.uk/ he takes the bank and the rest of the rounds are not held.